TUGAS 3
Nama : Tri Noviyanti
NPM : 1A514839
Kelas : 3PA14
A.
Kontroling
Fungsi Manajemen
1.
Pengertian
kontroling fungsi manajemen
Fungsi
manajemen berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga
apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan tujuan
yang telah digariskan semula.
Pada tahun 1916, Henri Fayol
merumuskan salah satu definisi pertama kontrol karena berkaitan dengan
manajemen. Adalah pengendalian suatu usaha terdiri dari melihat bahwa segala
sesuatu yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah diadopsi,
perintah yang telah diberikan, dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Controlling sangat penting untuk
mengetahui kesalahan agar mereka dapat diperbaiki dan dicegah dari berulang.
Menurut George R. Terry, pengawasan
(controlling) yaitu untuk mengawasi
apakah gerakan dari organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum.
Serta mengawasi penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai
secara efektif dan efisien tanpa ada yang melenceng dari rencana.
Menurut Harold Koontz, pengendalian
adalah pengukuran dan koreksi kinerja dalam rangka untuk memastikan bahwa
tujuan-tujuan perusahaan dan rencana yang dirancang untuk mencapainya tercapai.
2.
Langkah-langkah
kontroling
Dalam proses pengendalian (kontrol) dibutuhkan
langkah-langkah seperti berikut ini :
a.
Menentukan
standar-standar yang akan digunakan menjadi dasar pengendalian.
b.
Mengukur
pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
c.
Membandingkan
pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan bila ada.
d.
Melakukan
tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan
sesuai dengan rencana.
3.
Tipe-tipe
kontroling
Ada
tiga tipe pengawasan (controlling),
yaitu :
a.
Pengawasan
pendahuluan Dirancang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari standar
atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu
diselesaikan.
b.
Pengawasan
yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan. Merupakan proses di mana
aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu atau syarat tertentu
harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan - kegiatan bisa dilanjutkan, untuk menjadi
semacam peralatan "double check"
yang telah menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
c.
Pengawasan
umpan balik Mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
4.
Membentuk
strategi kontroling untuk sebuah organisasi
a.
Menentukan tujuan
organisasi yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian
b.
Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai dengan melaksanakan evaluasi
terhadap kegiatan yang sudah dilakukan serta kemampuan SDM dalam melakukan
tugas
c.
Membandingkan pelaksanaan atau hasil kegiatan
organisasi yang sudah berjalan dengan tujuan awal,
untuk mengukur capaian keberhasilannya,
d.
Melakukan tindakan perbaikan. Jika ada kesalahan atau
penyimpangan, segera melakukan perbaikan, berusaha agar tidak mengulangi
kesalahan yang sama
e.
Meninjau dan menganalisis ulang tujuan awal.
Kembali membuat tujuan baru jika
terjadi penyimpangan. Namun jika hasilnya sesuai dengan tujuan awal, maka perlu
dibuatkan rencana lanjutan untuk melanjutkan program kerja yang berhasil
tersebut, sehingga tujuan organisasi semakin dekat untuk dicapai.
B.
Kekuasaan dan Pengaruh
1.
Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan adalah kewenangan yang
didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut
sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan
melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk
memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari
pelaku (Miriam Budiardjo,2002).
Kekuasaan
merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku
sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
Pengertian
kekuasaan secara umum adalah “kemampuan pelaku untuk mempengaruhi tingkah laku
pelaku lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku pelaku terakhir menjadi
sesuai dengan keinginan dari pelaku yang mempunyai kekuasaan” (Harold D.
Laswell, 1984:9). Sejalan dengan itu, dinyatakan Robert A. Dahl (1978:29) bahwa
“kekuasaan merujuk pada adanya kemampuan
untuk mempengaruhi dari seseorang kepada orang lain, atau dari satu pihak
kepada pihak lain”. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan)
tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan)
2.
Sumber – Sumber Kekuasaan
a. Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power).
1)
Kekuasaan Formal (Formal
Power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada posisi individual dalam suatu
organisasi.
2)
Kekuasaan Personal (Personal
Power) adalah kekuasaan yang berasal dari karakteristik unik yang dimiliki
seorang individu.
b. Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power).
Kekuasaan ini juga dikenal dengan istilah inter-group atau inter-departmental
power yang merupa-kan sumber kekuasaan kelompok.
Konsepsi mengenai sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas
adalah dikotomi antara “position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan
“personal power” (kekuasaan pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan
sebagian diperoleh dari peluang yang melekat pada posisi seseorang dalam
organisasi dan sebagian lagi disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut
serta dari hubungan pemimpin – pengikut.
Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber kekuasaan
seorang pemimpin dapat berasal dari:
a.
Kemampuannya
untuk mempengaruhi orang lain
b.
Sifat dan sikapnya yang
unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya
c.
Memiliki informasi, pengetahuan,
dan pengalaman yang luas
d.
Memiliki kemahiran human
relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi
3. Pengertian Pengaruh
Pengaruh adalah sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan.
Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi dan proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektifitas kepemimpinan.
4.
Pengaruh Taktik Organisasi
Taktik-taktik
mempengaruhi (Influence Tactics) adalah cara-cara yang biasanya digunakan oleh
seseorang untuk mempengaruhi orang lain, baik orang yang merupakan atasan,
setingkat, atau bawahannya. Dengan mengetahui dan menggunakan hal ini, maka
seseorang dapat mempengaruhi orang lain, dengan tidak menggunakan kekuasaan
yang dimilikinya.
Kipnis
dan Schmidt adalah peneliti yang pertama kali meneliti taktik-taktik yang biasa
digunakan orang untuk mempengaruhi orang lain. (Kipnis dan Schmidt, 1982).
Berbagai alat ukur telah dibuat untuk meneliti taktik mempengaruhi, dan salah
satu yang terbaik adalah yang dibuat oleh Yukl dkk, yaitu yang disebut
Influence Behavior Questionnaire (Yukl, Lepsinger, and Lucia, 1992).
Hasil
penelitian Yukl dkk, menunjukkan ada sembilan jenis taktik yang biasa digunakan
di dalam organisasi (Hugheset all, 2009), yaitu:
a. Persuasi
Rasional (Rational Persuasion), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain
dengan menggunakan alasan yang logis dan bukti-bukti nyata agar orang lain
tertarik.
b. Daya-tarik
Inspirasional (Inspirational Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi
orang lain dengan menggunakan suatu permintaan atau proposal untuk
membangkitkan antusiasme atau gairah pada orang lain.
c. Konsultasi
(Consultation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan mengajak
dan melibatkan orang yang dijadikan target untuk berpartisipasi dalam pembuatan
suatu rencana yang akan dilaksanakan.
d. Mengucapkan
kata-kata manis (Ingratiation), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain
dengan menggunakan kata-kata yang membahagiakan.
e. Daya-tarik
Pribadi (Personal Appeals), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain atau
memintanya untuk melakukan sesuatu karena merupakan teman atau karena dianggap
loyal.
f. Pertukaran
(Exchange), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan memberikan
sesuatu keuntungan tertentu kepada orang yang dijadikan target, sebagai imbalan
atas kemauannya mengikuti suatu permintaan tertentu.
g. Koalisi
(Coalitions), terjadi jika seseorang meminta bantuan dan dukungan dari orang
lain untuk membujuk agar orang yang dijadikan target setuju.
h. Tekanan
(Pressure), terjadi jika seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan
ancaman, peringatan, atau permintaan yang berulang-ulang dalam meminta sesuatu.
i.
Mengesahkan (Legitimacy), terjadi jika
seseorang mempengaruhi orang lain dengan menggunakan jabatannya, kekuasaannya,
atau dengan mengatakan bahwa suatu permintaan adalah sesuai dengan kebijakan
atau aturan organisasi.
5.
Kasus
tentang kekuasaan dan pengaruh pada sebuah organisasi
SABTU, 05 NOVEMBER 2016
| 17:38 WIB - Demo 4 November, 3 Organisasi Menolak Dituding Provokator
Sejumlah mahasiswa dari
kelompok HMI terlibat bentrok dengan pihak kepolisian saat berdemo di depan
Istana Negara, Jakarta, 4 November 2016. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta -
Tiga organisasi kepemudaan, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam, Pelajar Islam
Indonesia, dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia, mengadakan konferensi pers
terkait dengan demonstrasi 4 November. Tiga organisasi ini menolak disebut
sebagai provokator kericuhan. "Tidak
benar kami disebut sebagai provokator kericuhan kemarin," kata Ketua
Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Mulyadi P. Tamsir saat ditemui di
kantor PB HMI, Jakarta Selatan, Sabtu, 5 November 2016.
Mulyadi menuturkan,
saat aksi berlangsung, mereka berada di barisan depan demonstran dan tidak bisa
mundur. Dia menegaskan bahwa provokator itu bukan dari HMI. "Saya sudah cross check ke semua
cabang, tidak ada yang menjadi penyebab kerusuhan."
Dia menjelaskan, pelaku
yang diduga sebagai provokator justru bukan kader HMI. Alasannya, orang yang
ditangkap karena dituduh provokator adalah seorang beragama Katolik.
"Kalau kader HMI pasti Islam," ucapnya. Kemudian Mulyadi menunjukkan
foto saat kerusuhan kemarin terjadi, di mana terlihat seseorang menjadi pelaku
kericuhan sambil membawa bendera HMI. Namun Mulyadi menolaknya. "Bendera
kami warnanya hijau tua, yang di foto ini hijau muda." Selain itu, Mulyadi
membantah adanya bentrokan antara massa HMI dan Front Pembela Islam. Mereka
juga meminta kepolisian segera mempercepat proses hukum penistaan agama, yang
diduga dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Lalu, ketiga
organisasi ini juga mengimbau seluruh masyarakat Indonesia dan kader-kader
mereka tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh informasi yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Saran :
Ketiga organisasi
seharusnya sebelum berdemo sudah ber-antisipasi untuk lebih waspada dengan adanya provokasi yang
datang membuat kerusuhan di saat demo tersebut, dan seharusnya ketiga
organisasi tersebut menjauhi lokasi kerusuhan tersebut agar tidak terjadi
dugaan yang tidak benar. Menurut saya sikap ketua organisasi tersebut sudah
benar, membuat konferensi pers terkait dengan demonstrasi 4 November untuk
mengklarifikasi atau memberikan kepada masyarakat agar tidak terprovokasi oleh
informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Referensi :
Henri
Fayol (1949). General and Industrial Management. New York: Pitman Publishing.
pp. 107–109.
http://rickyanggili.blogspot.co.id/2011/11/poac-planning-organizing-actuating.html