Nama : Tri Noviyanti
Kelas : 3PA14
NPM : 1A514839
I.
Empowerment,
Stres dan Konflik
A. Pengertian Empowerment
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment” yang biasa diartikan sebagai pemberkuasaan.
Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono
(1998) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah membebaskan
seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung
jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan- tidakanya.
Carver dan Clatter Back (1995) pemberdayaan merupakan upaya
memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab
perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi.
Kartasasmita ( 1996), pemberdayaan
adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta untuk mengembangkannya
B.
Pengertian
Stres
Menurut Robbins (2001),
stress dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang
dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut
terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan
dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang
mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari
dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja
mereka.
Stres merupakan bentuk
ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini
mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat
produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya,
stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress
disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut
strain.
Ø
Sumber
Stres
Stresor, faktor yang menimbulkan stress, dapat berasal dari
sumber internal yaitu (diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga,
masyarakat, dan lingkungan).
o
Internal, Faktor internal stress bersumber
dari diri sendiri. Stressor individual dapt timbul dari tuntutan pekerjaan atau
beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh,
penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki,
dsb.
o
Eksternal,
Faktor eksternal stress dapat
bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stressor yang berasal dari
keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang
tua, adanya anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dsb. Sumber stressor
masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan pekerjaan, lingkungan
sosial, atau lingkungan fisik.
C.
Pengertian
Konflik
Menurut Soerjono
Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang perorangan atau
kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lawan yang disertai ancaman atau kekerasan.
Menurut Ariyono Suyono,
konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha menggagalkan
tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat,
nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam
kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren
artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana
saja dan kapan saja.
Ø
Jenis-jenis
konflik
Menurut Dahrendorf (dalam Ramlan Surbakti,
1992:40). Konflik dibedakan menjadi 4 macam
:
ü Konflik antara
atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam
keluarga atau profesi (konflik peran (role).
ü Konflik kelompok terorgarnisir dan tidak
terorganisir (polisi melawan masa).
ü Konflik antar
satuan nasional (kampane, perang saudara)
ü Konflik antar
atau tidak antar agama.
ü Konflik antar
politik.
Ø
Proses
Konflik
Proses konflik tidak hanya mengacu
kepada bentuk konflik yang nampak dari tindakan yang terbuka dan penuh
kekerasan tapi juga bentuk yang tidak nampak seperti situasi ketidaksepakatan
antar pihak. Proses konflik dapat dimulai dari sumber konflik yang meliputi
tujuan yang saling bertentangan dan nilai-nilai yang berbeda. Selanjutnya dapat
dilihat melalui konflik presepsi dan emosi, manifes konflik, dan hasil konflik.
a.
Konflik
presepsi dan emosi
Langkah pertama dalam proses konflik
adalah adanya kondisi yang menunjukkan sumber konflik yang mengarahkan kepada
salah satu atau kedua belah pihak untuk merasakan adanya konflik. Konflik harus
dirasakan oleh pihak-pihak terkait, ada tidaknya konflik merupakan masalah
persepsi. Oleh karena itu satu pihak atau lebih harus sadar akan adanya
konflik.
Untuk mengetahui apakah konflik tersebut termasuk konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dari konflik terkait dengan tugas (task related) dan konflik sosioemosional (socioemotional conflict). Dengan demikian langkah pertama proses konflik adalah adanya konflik yang dipersepsikan sebagai suatu kesadaran terhadap eksistensi konflik bukan konflik yang dirasakan secara emosional.
Untuk mengetahui apakah konflik tersebut termasuk konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dari konflik terkait dengan tugas (task related) dan konflik sosioemosional (socioemotional conflict). Dengan demikian langkah pertama proses konflik adalah adanya konflik yang dipersepsikan sebagai suatu kesadaran terhadap eksistensi konflik bukan konflik yang dirasakan secara emosional.
b.
Manifes
konflik
Manifes konflik terjadi ketika
konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dalam keputusan dan prilaku yang dilakukan
salah satu pihak kepada pihak lain. Manifes konflik juga dapat dinyatakan
melalui gaya masing-masing dalam memecahkan suatu konflik, seperti seseorang
mencoba untuk mengalahkan yang lain atau menemukan suatu solusi yang
menguntungkannya. Jadi perilaku merupakan manifes konflik, karena disinilah
konflik itu tampak nyata. Prilaku mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang
dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Prilaku konflik ini biasanya secara terang-terangan berupaya untuk melaksanakan keputusan dalam suatu cara tertentu. Suatu proses dinamis dari interaksi. Dalam manifes konflik terdapat siklus peningkatan konflik, adanya hubungan timbal balik antara konflik presepsi dan emosi dengan konflik manifes. Hubungan timbal balik tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang datang secara bersamaan kedalam suatu siklus. Untuk itu suatu kesalahan dan tindakan yang kurang bijak apabila tidak memahami siklus peningkatan konflik.
Prilaku konflik ini biasanya secara terang-terangan berupaya untuk melaksanakan keputusan dalam suatu cara tertentu. Suatu proses dinamis dari interaksi. Dalam manifes konflik terdapat siklus peningkatan konflik, adanya hubungan timbal balik antara konflik presepsi dan emosi dengan konflik manifes. Hubungan timbal balik tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang datang secara bersamaan kedalam suatu siklus. Untuk itu suatu kesalahan dan tindakan yang kurang bijak apabila tidak memahami siklus peningkatan konflik.
Siklus konflik diawali dengan
prilaku yang dikomunikasikan kepada pihak lain dengan cara menciptakan suatu
persepsi konflik, sekalipun pihak yang pertama tidak mempunyai naluri untuk
menunjukan konflik, pihak kedua boleh menciptakan persepsi konflik itu.
c.
Hasil
konflik (Outcames conflict)
Jalinan aksi reaksi antara pihak-pihak
yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Hasil ini dapat positif dalam arti
konflik itu menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok dalam hal pengambilan
keputusan dan kepaduan. Atau menghasilkan negatif dalam arti merintangi kinerja
organisasi yang ditandai dengan adanya pergantian, situasi politik dan stres.
D.
Kasus
yang berkaitan dengan stress
Tekanan kerja yang tinggi serta
faktor lingkungan diyakini sebagai penyebab tingginya tingkat stress di
kalangan polisi. Tak jarang ada kasus polisi bunuh diri atau terlibat dalam
kasus kriminal. Seperti yang diungkapkan oleh Mabes Polri, Senin (2/11/2015)
mengenai kinerja kepolisian dan banyaknya aksi polisi bunuh diri. Juru Bicara
Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan menuturkan, hasil penelitian
menyebutkan 80 persen anggota polisi lalu lintas dan reserse mengalami stress
karena beban tugas. "Tugas di
kepolisian salah satu yang mengundang stres, ini memang salah satunya. Sudah
beban tugas berat, ada lagi masalah pribadi”, kata Anton di Mabes Polri.
Menurut Anton, untuk mengantisipasi
itu, Polri mewajibkan kepada calon polisi mengikuti psikotes. Pimpinan
kepolisian juga diminta memperhatikan bawahannya agar mengetahui secara dekat
kondisi mereka.”Jangan hanya sibuk dengan
urusan masing-masing. Masyarakat saja dilayani, masa anak buah sendiri tidak?
“ katanya.
Selain itu, belajar dari peristiwa
yang terjadi, Polri akan memperketat penggunaan senjata bagi anggota. Menurut
dia anggota Polri yang boleh memegang senjata akan disesuaikan dengan pangkat
dan tugasnya.
“Misalnya,
lihat pangkat, beban tugas, kemudian harus berkelakukan baik. Namun, dengan
saringan yang begitu ketat juga masih bisa kecolongan”, katanya. Sebelumnya,
Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane mendesak Polri menerjunkan
tim psikolog untuk mengetahui kondisi kejiwaan para polisi. Sejumlah kasus
bunuh diri menunjukan adanya kaitan dengan persoalan pribadi dan psikologi
seseorang. Seperti diberitakan belum lama ini, Kanit Lantas Polsek Cipondoh,
Kota Tangerang, Banten, Iptu Budi Riyono, bunuh diri di rumah teman wanitanya
berinisial H di Perumahan, Griya Kenangan, Cipondoh, pada 31 Oktober 2015
lalu.
Ø Solusi : Menurut saya seharusnya
pelaksanaan tes psikotes bagi calon polri harus lebih diperhatikan lagi hasil
tesnya, agar calon polisi yang terpilih lebih siap dalam bertugas. Pimpinan
kepolisian juga harus lebih memperhatikan lagi setiap anggotanya, menempatkan anggotanya
sesuai kemampuannya. Pimpinan juga harus melihat langsung kinerja anggotanya,
apakah anggotanya sudah sesuai ditugaskan di bidang tersebut atau malah
sebaliknya tidak siap malah menyebabkan stress kerja. Dan harus memberikan semangat
dorongan serta motivasi bagi anggotanya.
II.
Komunikasi dalam Manajemen
A.
Pengertian
Komunikasi
Istilah komunikasi
dalam bahasa inggris disebut communication, yang berasal dari kata communication
atau communis yang memiliki arti sama atau sama yang memiliki makna
pengertian bersama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi
adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dari dua orang atau lebih
agar pesan yang dimaksud dapat dipahami.
secara umum komunikasi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua individu atau lebih
dengan efektif sehingga dapat dipahami dengan mudah.
James A.F.Stoner Komunikasi adalah proses dimana
seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
Prof. Drs. H.A.W. Widjaya mengatakan bahwa
pengertian komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik
individu maupun kelompok.
B.
Proses
komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar
sebagai berikut :
1.
Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang
mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang dengan
harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan
yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan atau
diekspresikan oleh pengirim pesan.
Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir
secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a. Informasi
b. Ajakan
c. Rencana
kerja
d. Pertanyaan
dan sebagainya
2. Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim
pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain.
Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan
anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan
penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku
atau menunjukkan arah tertentu
3.
Media/penghubung
Alat untuk penyampaian pesan seperti ;
TV, radio surat kabar, papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan
media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah
penerima pesan, situasi dsb.
4. Mengartikan kode/isyarat
Setelah pesan diterima
melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si penerima
pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut,
sehingga dapat dimengerti /dipahaminya
5. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat
memahami pesan dari sipengirim meskipun dalam bentuk
code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud oleh
pengirim
6. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan
yang berisi kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun
nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya
terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi manajer atau pengirim
pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar
dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang
bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya
merupakan balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut
dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
Balikan yang diberikan oleh orang
lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku
maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan menggambarkan perilaku
penerima pesan sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya.
Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan
pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan
diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi
7. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses
komunikasi akan tetapi mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi,
karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan
adalah hal yang merintangi atau menghambat komunikasi
sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang diterimanya.
C.
Hambatan
komunikasi
1.
Hambatan dari Proses Komunikasi
·
Hambatan
dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau
situasi emosional.
·
Hambatan
dalam penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan
tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
·
Hambatan
media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan.
·
Hambatan
dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
·
Hambatan
dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
·
Hambatan
dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa
adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas
dan sebagainya.
2.
Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi
yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan
kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3.
Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam
komunikasi kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak
jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial
kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta
harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan.
D.
Pengertian
komunikasi interpersonal efektif dalam organisasi
Komunikasi
interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan
seorang lainnya. Proses pertukaran informasi dapat berlangsung diantara dua
orang atau lebih, serta dapat langsung diketahui timbal baliknya. Komunikasi
interpersonal sangat dipengaruhi oleh proses komunikasi intrapersonal dalam
individu.
Wenburg dan Wilmat
(1973) menyatakan bahwa persepsi individu tidak dapat dicek oleh orang lain,
semua arti atribut pesan ditentukan oleh masing-masing individu. Persepsi
seseorang memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan pesan.
E.
Model
pengolahan informasi dalam komunikasi
Model Pengolahan Informasi pada
dasarnya menitikberatkan dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri)
manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data,
merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan
bahasa untuk mengungkapkannya Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4
yaitu:
1) Rational
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali
informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada
saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat
siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses
mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada
saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu perlu dikemukakan
bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu
indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi
masuk ke kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan
penglihatan. Berdasarkan alas an tersebut , maka media yang banyak digunakan
adalah media audio, media visual, dan media audiovisual (gabungan media audio
dan visual). Belakangan berkembang konsep multimedia, yaitu penggunaan secara
serentak lebih daripada satu media dalam proses komunikasi, informasi dan
pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan
lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses
komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif. Dalam proses komunikasi
atau proses informasi (dan juga proses pembelajaran) sering dijumpai masalah
atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses komunikasi, misalnya: Ditinjau
dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau
ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima
pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dsb. Di tinjau dari
pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan menyajikan materi
pelajaran, faktor kelelahan, ketidak ajegan, dsb. Ditinjau dari pesan atau
materi yang disampaiakan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa,
materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh.
2) Limited
capacity
3) Expert
4) Cybernetic
F.
Model
interkaktif manajemen dalam komunikasi
1. Confidence Dalam manajemen timbulnya suatu
interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu
organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2. Immediacy Ini adalah model organisasi yang
membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan.
3. Interaction management Adanya berbagai
interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada
berbagai pihak yang bersangkutan.
4. Expressiveness Mengembangkan suatu komitmen dalam
suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5. Other-orientation Dalam hal ini suatu manajemen
organisasi berorientasi pada pegawai.
REFERENSI :
Muarofah, Lailatul
(2014) konflik dalam lembaga pendidikan : studi konflik antara dua
pengelola madrasah di desa pesanggrahan kecamatan laren kabupaten lamongan.
Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Robbins, Stepehen P.( 2000). Managing
Today, 2nd Ed, Prentice Hall
Wenburg J., dan W. Wilmot. (1973).The Personal Communication Process. New
York: Wiley
Tidak ada komentar:
Posting Komentar