Minggu, 15 Januari 2017

SOFTSKILL-PSIKOLOGI MANAJEMEN

TUGAS 4

Nama : Tri Noviyanti
Kelas : 3PA14
NPM : 1A514839



       I.            Empowerment, Stres dan Konflik
A.    Pengertian Empowerment
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment” yang biasa diartikan sebagai pemberkuasaan. 
Carlzon dan Macauley sebagaimana di kutip oleh Wasistiono (1998) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang kebebasan untuk bertanggung jawab terhadap ide-idenya, keputusan-keputusannya dan tindakan- tidakanya.
Carver dan Clatter Back (1995) pemberdayaan merupakan upaya memberi keberanian dan kesempatan pada individu untuk mengambil tanggung jawab perorangan guna meningkatkan dan memberikan kontribusi pada tujuan organisasi.
Kartasasmita ( 1996), pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta untuk mengembangkannya

B.     Pengertian Stres
Menurut Robbins (2001), stress dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Stres merupakan bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.

Ø Sumber Stres
Stresor, faktor yang menimbulkan stress, dapat berasal dari sumber internal yaitu (diri sendiri) maupun eksternal (yaitu keluarga, masyarakat, dan lingkungan).
o  Internal, Faktor internal stress bersumber dari diri sendiri. Stressor individual dapt timbul dari tuntutan pekerjaan atau beban yang terlalu berat, kondisi keuangan, ketidakpuasan dengan fisik tubuh, penyakit yang dialami, masa pubertas, karakteristik atau sifat yang dimiliki, dsb.
o  Eksternal, Faktor eksternal stress dapat bersumber dari keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Stressor yang berasal dari keluarga disebabkan oleh adanya perselisihan dalam keluarga, perpisahan orang tua, adanya anggota keluarga yang mengalami kecanduan narkoba, dsb. Sumber stressor masyarakat dan lingkungan dapat berasal dari lingkungan pekerjaan, lingkungan sosial, atau lingkungan fisik.

C.     Pengertian Konflik
Menurut Soerjono Soekanto, konflik merupakan suatu proses sosial di mana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau kekerasan.
Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan di mana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja.

Ø Jenis-jenis konflik
Menurut Dahrendorf (dalam Ramlan Surbakti, 1992:40). Konflik dibedakan menjadi 4 macam :
ü Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role).  
ü  Konflik kelompok terorgarnisir dan tidak terorganisir (polisi melawan masa). 
ü Konflik antar satuan nasional (kampane, perang saudara) 
ü Konflik antar atau tidak antar agama. 
ü Konflik antar politik.

Ø Proses Konflik
Proses konflik tidak hanya mengacu kepada bentuk konflik yang nampak dari tindakan yang terbuka dan penuh kekerasan tapi juga bentuk yang tidak nampak seperti situasi ketidaksepakatan antar pihak. Proses konflik dapat dimulai dari sumber konflik yang meliputi tujuan yang saling bertentangan dan nilai-nilai yang berbeda. Selanjutnya dapat dilihat melalui konflik presepsi dan emosi, manifes konflik, dan hasil konflik.
a.    Konflik presepsi dan emosi
Langkah pertama dalam proses konflik adalah adanya kondisi yang menunjukkan sumber konflik yang mengarahkan kepada salah satu atau kedua belah pihak untuk merasakan adanya konflik. Konflik harus dirasakan oleh pihak-pihak terkait, ada tidaknya konflik merupakan masalah persepsi. Oleh karena itu satu pihak atau lebih harus sadar akan adanya konflik.
Untuk mengetahui apakah konflik tersebut termasuk konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dari konflik terkait dengan tugas (task related) dan konflik sosioemosional (socioemotional conflict). Dengan demikian langkah pertama proses konflik adalah adanya konflik yang dipersepsikan sebagai suatu kesadaran terhadap eksistensi konflik bukan konflik yang dirasakan secara emosional.
b.    Manifes konflik
Manifes konflik terjadi ketika konflik persepsi dan emosi dapat dilihat dalam keputusan dan prilaku yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain. Manifes konflik juga dapat dinyatakan melalui gaya masing-masing dalam memecahkan suatu konflik, seperti seseorang mencoba untuk mengalahkan yang lain atau menemukan suatu solusi yang menguntungkannya. Jadi perilaku merupakan manifes konflik, karena disinilah konflik itu tampak nyata. Prilaku mencakup pernyataan, tindakan dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Prilaku konflik ini biasanya secara terang-terangan berupaya untuk melaksanakan keputusan dalam suatu cara tertentu. Suatu proses dinamis dari interaksi. Dalam manifes konflik terdapat siklus peningkatan konflik, adanya hubungan timbal balik antara konflik presepsi dan emosi dengan konflik manifes. Hubungan timbal balik tersebut merupakan rangkaian peristiwa yang datang secara bersamaan kedalam suatu siklus. Untuk itu suatu kesalahan dan tindakan yang kurang bijak apabila tidak memahami siklus peningkatan konflik.
Siklus konflik diawali dengan prilaku yang dikomunikasikan kepada pihak lain dengan cara menciptakan suatu persepsi konflik, sekalipun pihak yang pertama tidak mempunyai naluri untuk menunjukan konflik, pihak kedua boleh menciptakan persepsi konflik itu.
c.    Hasil konflik (Outcames conflict)
Jalinan aksi reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan konsekuensi. Hasil ini dapat positif dalam arti konflik itu menghasilkan suatu perbaikan kinerja kelompok dalam hal pengambilan keputusan dan kepaduan. Atau menghasilkan negatif dalam arti merintangi kinerja organisasi yang ditandai dengan adanya pergantian, situasi politik dan stres.

D.    Kasus yang berkaitan dengan stress
Tekanan kerja yang tinggi serta faktor lingkungan diyakini sebagai penyebab tingginya tingkat stress di kalangan polisi. Tak jarang ada kasus polisi bunuh diri atau terlibat dalam kasus kriminal. Seperti yang diungkapkan oleh Mabes Polri, Senin (2/11/2015) mengenai kinerja kepolisian dan banyaknya aksi polisi bunuh diri. Juru Bicara Mabes Polri Inspektur Jenderal Anton Charliyan menuturkan, hasil penelitian menyebutkan 80 persen anggota polisi lalu lintas dan reserse mengalami stress karena beban tugas. "Tugas di kepolisian salah satu yang mengundang stres, ini memang salah satunya. Sudah beban tugas berat, ada lagi masalah pribadi”, kata Anton di Mabes Polri.
Menurut Anton, untuk mengantisipasi itu, Polri mewajibkan kepada calon polisi mengikuti psikotes. Pimpinan kepolisian juga diminta memperhatikan bawahannya agar mengetahui secara dekat kondisi mereka.”Jangan hanya sibuk dengan urusan masing-masing. Masyarakat saja dilayani, masa anak buah sendiri tidak? “ katanya.
Selain itu, belajar dari peristiwa yang terjadi, Polri akan memperketat penggunaan senjata bagi anggota. Menurut dia anggota Polri yang boleh memegang senjata akan disesuaikan dengan pangkat dan tugasnya.
Misalnya, lihat pangkat, beban tugas, kemudian harus berkelakukan baik. Namun, dengan saringan yang begitu ketat juga masih bisa kecolongan”, katanya. Sebelumnya, Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S. Pane mendesak Polri menerjunkan tim psikolog untuk mengetahui kondisi kejiwaan para polisi. Sejumlah kasus bunuh diri menunjukan adanya kaitan dengan persoalan pribadi dan psikologi seseorang. Seperti diberitakan belum lama ini, Kanit Lantas Polsek Cipondoh, Kota Tangerang, Banten, Iptu Budi Riyono, bunuh diri di rumah teman wanitanya berinisial H di Perumahan, Griya Kenangan, Cipondoh, pada 31 Oktober 2015 lalu. 
Ø  Solusi : Menurut saya seharusnya pelaksanaan tes psikotes bagi calon polri harus lebih diperhatikan lagi hasil tesnya, agar calon polisi yang terpilih lebih siap dalam bertugas. Pimpinan kepolisian juga harus lebih memperhatikan lagi setiap anggotanya, menempatkan anggotanya sesuai kemampuannya. Pimpinan juga harus melihat langsung kinerja anggotanya, apakah anggotanya sudah sesuai ditugaskan di bidang tersebut atau malah sebaliknya tidak siap malah menyebabkan stress kerja. Dan harus memberikan semangat dorongan serta motivasi bagi anggotanya.

    II.            Komunikasi dalam Manajemen
A.    Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi dalam bahasa inggris disebut communication, yang berasal dari kata communication atau communis yang memiliki arti sama atau sama yang memiliki makna pengertian bersama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita dari dua orang atau lebih agar pesan yang dimaksud dapat dipahami.
secara umum komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua individu atau lebih dengan efektif sehingga dapat dipahami dengan mudah.
James A.F.Stoner Komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
Prof. Drs. H.A.W. Widjaya mengatakan bahwa pengertian komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.

B.     Proses komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar  sebagai berikut :
1.      Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide  untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan   dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan  atau diekspresikan  oleh pengirim pesan.  Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
a.       Informasi
b.      Ajakan
c.       Rencana kerja
d.      Pertanyaan dan sebagainya
2.      Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat       dipahami oleh  orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu
3.       Media/penghubung
Alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar,  papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan  yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
4.       Mengartikan kode/isyarat
Setelah  pesan diterima  melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka  si penerima pesan  harus dapat mengartikan  simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya
5.      Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan  dari sipengirim  meskipun dalam bentuk code/isyarat  tanpa mengurangi arti pesan  yang dimaksud oleh pengirim
6.      Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi  kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting  bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung  yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
Balikan yang diberikan oleh orang lain  didapat dari pengamatan pemberi balikan  terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan  menggambarkan perilaku penerima pesan  sebagai reaksi  dari pesan  yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan  kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi
7.       Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi  akan tetapi mempunyai pengaruh dalam  proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah  hal yang  merintangi atau menghambat  komunikasi  sehingga penerima salah menafsirkan pesan  yang diterimanya.

C.     Hambatan komunikasi
1.      Hambatan dari Proses  Komunikasi
·           Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi  oleh perasaan atau situasi emosional.
·           Hambatan dalam penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti  lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
·           Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
·           Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
·           Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada  saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
·           Hambatan dalam memberikan  balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2.     Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3.     Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi  kadang-kadang mempunyai  arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
4.     Hambatan Psikologis 
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim  dan penerima pesan.
D.    Pengertian komunikasi interpersonal efektif dalam organisasi
Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan seorang lainnya. Proses pertukaran informasi dapat berlangsung diantara dua orang atau lebih, serta dapat langsung diketahui timbal baliknya. Komunikasi interpersonal sangat dipengaruhi oleh proses komunikasi intrapersonal dalam individu.
Wenburg dan Wilmat (1973) menyatakan bahwa persepsi individu tidak dapat dicek oleh orang lain, semua arti atribut pesan ditentukan oleh masing-masing individu. Persepsi  seseorang memainkan peranan penting dalam menginterpretasikan pesan.

E.     Model pengolahan informasi dalam komunikasi
Model Pengolahan Informasi pada dasarnya menitikberatkan dorongan-dorongan internal (datang dari dalam diri) manusia untuk memahami dunia dengan cara menggali dan mengorganisasikan data, merasakan adanya masalah dan mengupayakan jalan pemecahannya, serta mengembangkan bahasa untuk mengungkapkannya Model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1)      Rational
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran. Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak melalui indera pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alas an tersebut , maka media yang banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual (gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep multimedia, yaitu penggunaan secara serentak lebih daripada satu media dalam proses komunikasi, informasi dan pembelajaran. Konsep multimedia diasarkan atas pertimbangan bahwa penggunaan lebih dari pada satu media yang menyentuh banyak indera akan membuat proses komunikasi termasuk proses pembelajaran lebih efektif. Dalam proses komunikasi atau proses informasi (dan juga proses pembelajaran) sering dijumpai masalah atau kesulitan. Beberapa masalah dalam proses komunikasi, misalnya: Ditinjau dari pihak siswa: Kesulitan bahasa, sukar menghafal, terjadi distorsi atau ketidakjelasan, gangguan pancaindera, sulit mengungkap kembali, sulit menerima pelajaran, tidak tertarik terhadap materi yang dipelajari, dsb. Di tinjau dari pendidik, misalnya pendidik tidak mahir mengemas dan menyajikan materi pelajaran, faktor kelelahan, ketidak ajegan, dsb. Ditinjau dari pesan atau materi yang disampaiakan, misalnya: materi berada jauh dari tempat siswa, materi terlau kecil, abstrak, terlalu besar, berbahaya kalau disentuh.
2)      Limited capacity
3)      Expert
4)      Cybernetic


F.      Model interkaktif manajemen dalam komunikasi
1.      Confidence Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2.      Immediacy Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan.
3.      Interaction management Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan.
4.      Expressiveness Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5.      Other-orientation Dalam hal ini suatu manajemen organisasi berorientasi pada pegawai.



REFERENSI :
Muarofah, Lailatul (2014) konflik dalam lembaga pendidikan : studi konflik antara dua pengelola madrasah di desa pesanggrahan kecamatan laren kabupaten lamongan. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.
Robbins, Stepehen P.( 2000).  Managing Today, 2nd Ed, Prentice Hall
Wenburg J., dan W. Wilmot. (1973).The Personal Communication Process. New York: Wiley

Tidak ada komentar:

Posting Komentar