PLATO
(427-347 SM)
KELAS
: 1PA17
ANGGOTA
KELOMPOK :
o
MARLINDA DIAH N (16514418)
o
KERRY SARAFINA NADITA (15514816)
o
TRI NOVIYANTI (1A514839)
o
REINALDO ALAMSAH (19514011)
o
OLIVIA CESARRIA (18514343)
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
2014
1.
Riwayat Hidup Singkat
Plato dilahirkan di Atena pada tahun 427 S.M. dan
meninggal pada tahun 347 S.M. Ia berasal dari keluarga aristokrasi, plato
adalah filsuf Yunani kafir. Ia lahir di Athena dalam
keluarga ningrat yang turun-temurun memegang politik penting
dalam politik Athena. Plato bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang
negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya
untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu. Namanya bermula ialah Aristokles.
Nama plato diberikan oleh gurunya. Sebelum dewasa ia sudah pandai membuat
karangan yang bersanjak. Di masa kecil plato sudah mendapat didikan dari
guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari kratylos.
Kratylos dahulunya murid herakleitos yang mengajarkan “semuanya berlalu”
seperti air. Rupanya ajaran semacam itu tidak hinggap di dalam kalbu aristokles
yang terpengaruh oleh tradisi keluarganya. Sejak berumur 20 tahun plato
mengikuti pelajaran sokrates. Pelajaran itulah yang memberi kepuasan baginya.
Pengaruh sokrates makin hari makin mendalam padanya. Ia menjadi murid sokrates
yang setia. Sampai pada akhir hidupnya sokrates tetap menjadi pujaannya. Dalam
segala karangannya yang berbentuk dialog, bersoal jawab, sokrates kedudukannya
sebagai pujangga yang menuntun. Dengan cara begitu ajaran plato tergambar
keluar melalui mulut sokrates. Setelah pandangan filosofinya sudah jauh
menyimpang dan sudah lebih lanjut dari pandangan gurunya plato memiliki bakat mengemas pandangannya
yang keras sedemikian rupa sehingga bisa mengelabui berbagai zaman sesudahnya,
yang begitu menghargai karyanya yang berjudul Republik tanpa pernah insyaf akan
apa yang sebetulnya terkandung dalam pemikirannya.Tak pernah keliru jika orang
memuji Plato. Tulisan-tulisan Plato yang berjumlah lebih dari pada 30 tulisan
mengandung keindahan dan kemurnian. Tulisan-tulisannya yang permulaan mungkin
mencerminkan pandangan Sokrates secara langsung. Akan tetapi dalam
tulisan-tulisannya yang kemudian, pelaku yang dinamakan Sokrates adalah juru
bicara dari sikap filsafat Plato sendiri.
2.
Karya-karya
a)
Republik:
Berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan
“ideal” dan tentang keadilan
b)
Apology
dan
Crito: Tentang peradilan Sokrates dan percakapan-percakapannya yang
terakhir
c)
Euthyphro: Ketaqwaan (piety)
d)
Phaedo: Tentang “Ideal of the Good”
e)
Phaidros:
Berupa kritik atas retorika yang dihubungkan dengan teori tentang jiwa
3.
Ajaran-ajaran
A. Ketuhanan
Ajaran
Plato tentang Tuhan kebanyakan disampaikan dalam terma-terma mistis, yang
menegaskan kebaikan Tuhan (sebagaimana dalam Republic dan Timaeus) dan
kebaikannya kepada manusia (sebagaimana dalam Phaedo); Tetapi dalam Phaedrus, dan lebih jelasnya dalam Laws, ia menghadirkan sebuah argumen yang lebih
rigoris yang berdasarkan kenyataan bahwa segala sesuatu itu berubah (change)
dan bergerak (in motion). Segala yang berubah itu tidak selamanya bersumber
dari luar (eksternal), sebagian dari perubahan tersebut bersifat spontan dan
bersumber dari “jiwa”. Dan akhirnya berujung pada sebuah jiwa yang suprim dan
paripurna. Dalam Timaeus, sebagaimana dinukil dalam kitab Faidh wa Fâ’iiliyyat
Wujudi Az Aflatun tâ Mulla Shadra, penciptaan alam semesta dan pengerangka
kosmos dinisbahkan kepada demiurege (shâne’, pencipta) yang mewujudkan kosmos
ini dari keadaan yang tak tertata dan non-sistemik, menjadi sebuah kosmos yang
tertata dan sistemik. Dalam perkara ini, mundus imaginalis (alam ide) dapat
dijadikan sebagai satu contoh dan setelah mencipta alam ide, Tuhan mengadakan
jiwa universal.
B. Manusia
Ajaran utama Plato adalah konsep bahwa manusia punya
jiwa yang tidak dapat mati meskipun tubuh jasmani mati. ”Jiwa yang tidak dapat
mati adalah salah satu topik kesukaan Plato.”—Body and Soul in Ancient Philosophy plato sangat berminat akan
kehidupan setelah kematian. Ia begitu yakin bahwa ”jiwa tetap hidup walau
wujudnya sekarang mati, untuk mendapat upah atau hukuman yang pantas di
akhirat, berdasarkan cara hidup seseorang selama di bumi”. Hasilnya, konsep filosofis kafir
termasuk jiwa yang tidak dapat mati, menyusup ke dalam ajaran Yudaisme dan
Kekristenan.”Semua teologi Kristen bergantung sedikit banyak pada filsafat
Yunani modern, terutama ajaran Plato” kata The Anchor Bible Dictionary”tetapi beberapa pemikir Kristen.
lebih cocok disebut Platonis Kristen” Bandingkan apa yang dikatakan beberapa
sumber berikut:
Apa kata
Plato: ”Pada waktu mati sesuatu yang adalah
diri kita yang sebenarnya, dan yang kita sebut jiwa yang tidak dapat mati pergi
menghadap dewa-dewi lain, di sana untuk memberikan pertanggungjawaban,—prospek
yang dihadapi dengan berani oleh orang baik, tetapi dengan rasa takut yang hebat
oleh orang jahat.” Plato Laws, Buku XII.
Apa kata
Alkitab: Jiwa
adalah orang itu sendiri atau kehidupan yang ia nikmati. Bahkan binatang adalah
jiwa. Sewaktu mati, jiwa itu tidak ada lagi. Perhatikan beberapa ayat berikut:
”Manusia
pertama Adam, menjadi jiwa yang
hidup.” 1
Korintus 15:45 Adam
yang terakhir menjadi roh yang memberikan kehidupan.
”Selanjutnya Allah berfirman, ’Biarlah bumi mengeluarkan jiwa-jiwa yang hidup menurut jenisnya, binatang peliharaan dan binatang merayap dan binatang liar di bumi” 1:24
Dan jadilah demikian. ”Biarlah jiwaku mati.” 23:10 10 Siapa yang telah menghitung butir-butir debu Yakub, Siapa yang telah menghitung seperempat bagian dari Israel? Biarlah jiwaku mati seperti matinya orang-orang yang lurus hati, Biarlah akhir diriku menjadi seperti akhir mereka.”
”Jiwa yang berbuat dosa jiwa itulah yang akan mati.” Yehezkiel 18:4 4 Lihat! Semua jiwa milikkulah mereka. Baik jiwa bapak maupun jiwa anak—milikkulah mereka. Jiwa yang berbuat dosa jiwa itulah yang akan mati.
”Gagasan bahwa jiwa akan tetap hidup
setelah kematian tidak terlihat dengan jelas dalam Alkitab.” New Catholic
Encyclopedia.
”Baru
pada masa pasca-Alkitab, kepercayaan
yang jelas dan tegas berkenaan jiwa yang tidak berkematian diteguhkan dan
menjadi salah satu batu penjuru dari iman Yahudi dan Kristen.” Encyclopaedia
Judaica.
”Kepercayaan bahwa jiwa terus hidup
setelah tubuh membusuk merupakan soal spekulasi filosofis atau teologis dan
karenanya itu sama sekali tidak diajarkan dalam Tulisan-Tulisan Kudus.” The Jewish
Encyclopedia.
C. Idealisme
Ajaran tentang Idea – Idea merupakan inti dan dasar
seluruh filsafat Plato. Idea yang dimaksudkan Plato di sini bukanlah suatu
gagasan yang terdapat dalam pemikiran saja yang bersifat subyektif belaka, Idealisme adalah sistem filsafat
yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), roh (soul)
atau jiwa (spirit) dari pada
hal-hal yang bersifat kebendaan atau material. Bagi Plato Idea
merupakan sesuatu yang obyektif, ada idea-idea, terlepas dari subyek yang
berfikir, Idea-idea tidak diciptakan oleh pemikiran kita, tidak tergantung pada
pemikiran, tetapi sebaliknya pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea.
Justru karena adanya idea-idea yang berdiri sendiri, pemikiran kita
dimungkinkan. Pemikiran itu tidak lain daripada menaruh perhatian kepada
idea-idea.
Pandangan-pandangan umum yang disepakati oleh para filsuf idealisme, yaitu:
1. Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
2. Hakikat akhir alam semesta pada
dasarnya adalah non material.
Aliran ini berpendapat bahwa
kenyataan yang sesungguhnya bersifat spiritual atau ideasional dan beranggapan
bahwa pengetahuan yang didapat melalui pancaindera belum mencapai kebenarannya.
Kebenaran yang secara tetap sebenarnya secara tidak disadari telah hadir dalam
pikiran mereka. Anggapan tersebut berakibat bahwa setiap manusia mempunyai jiwa
yang hadir lebih dahulu sebelum kelahiran raganya yang hidup dalam dunia
spiritual dari bentuk sempurna (ide-ide). , dunia pengalaman (alat indera)
disebut sebagai dunia semu atau dunia bayang-bayang, sedangkan dunia idea (akal budi) disebut sebagai
dunia asli, dunia yang sesungguhnya. Oleh karenanya aliran ini disebut aliran
idealisme karena pengetahuan semata-mata hanya bersumber dari akal budi
manusia.
D. Etika
Sama
seperti pandangan Socrates, etik Plato bersifat intelektual dan rasional. Dasar
ajarannya adalah mencapai budi baik. Orang yang berpengetahuan dengan
sendirinya berbudi baik. Menurut Plato ada dua macam budi, Pertama budi
filosofi yang timbul dari pengetahuan dengan pengertian. Kedua budi biasa yang
terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak terbit dari
keyakinan diri sendiri melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam
hidup sehari-hari. Apa tujuan manusia hidup? Bagi Plato, tujuan hidup manusia
ialah kehidupan senang dan bahagia. Manusia harus mengupayakan kesenangan dan
kebahagiaan hidup itu. Tetapi apakah kesenangan dan kebahagiaan hidup itu?
Menurut Plato, kesenangan dan kebahagiaan itu itu bukanlah pemuasan hawa nafsu
selama hidup didunia inderawi. Plato konsekuen dengan ajarannya tentang dua
dunia. Oleh karena itu, kesenangan dan kebahagiaan hidup haruslah dilihat dalam
hubungan kedua dunia itu. Semua ide dengan ide yang baik atau ide kebaikan dan
ide kebajikan sebagai ide tertinggi yang ada didunia ide adalah realitas yang
sebenarnya. Sedangkan segala sesuatu yang ada didunia inderawi hanya merupakan
realitas bayangan. Hanya manusia yang bijaksana dan berbudi baik yang akan
dapat memahami segala sesuatu yang beraneka ragam dan berubah ubah dalam dunia
inderawi. Pemahaman lewat pengetahuan yang benar itu akan menuntun mereka yang
bijaksana dan berbudi itu sampai pada pengenalan akan ide-ide yang merupakan
kebenaran yang sejati. Itulah sebabnya mereka harus berupaya untuk memperoleh
pengetahuan yang benar dan itu pula kunci untuk meraih kesenangan dah
kebahagiaan yang sesungguhnya. Dengan demikian jelas terlihat bahwa etika Plato
adalah etika yang didasarkan pada pengetahuan, sedangkan pengetahuan hanya
mungkin diraih dan dimiliki lewat dan oleh akal budi, maka itulah sebabnya
etika Plato disebut sebagai etika rasional.
E.
Negara
Plato juga mengeluarkan
pemikiran yang berkaitan dengan
ketata negaraan. Plato membahas tentang sebuah negara yang ideal yakni
disebutkan bahwa puncak pemikiran Plato adalah pemikiran tentang negara,
yang tertera dalam bukunya polites dan nomoi. Pemikirannya tentang negara
ini adalah untuk upaya memperbaiki keadaan negara yang telah rusak dan buruk.Di athena pada waktu itu memiliki suatu
sistem negara yang buruk menurut Plato, sehingga mendorong beliau untuk membuat
suatu konsep yang bisa memperbaiki konsep negara yang buruk itu. Konsepnya
tentang negara yang dikeluarkan oleh Plato yakni konsep negara yang di dalamnya
terkait etika dan teorinya tentang negara yang ideal. Konsep etika yang
dikemukakan oleh Plato seperti halnya konsep etika yang dikeluarkan socrates
gurunya sendiri, yakni tujuan hidup manusia adalah hidup yang baik (eudamonia
atau well-being). Akan tetapi untuk hidup yang baik tidak mungkin dilakukan
tanpa di dalam negara. Alasannya, karena manusia mempunyai kodrat yakni makhluk
yang sosial dan di dalam polis (negara). Sehingga untuk mendapatkan hidup
yang baik harus di dalam negara yang baik. Dan sebaliknya, negara yang jelek
atau buruk tidak mungkin menjadikan para warganya hidup dengan baik.Menurut
Plato, untuk membangun sebuah negara yang ideal diperlukan sebuah konsep
tentang negara yang baik. Menurutnya, negara yang ideal harus terdapat tiga
golongan yang menjadi bagian terpenting dalam sebuah negara yakni:
a.
Golongan yang tertinggi, terdiri dari orang-orang
yang memerintah yakni seorang filosof.
b.
Golongan pelengkap atau menengah yakni
yang terdiri dari para prajurit, yang bertugas untuk menjaga keamanan negaradan
menjaga ketaatan para warganya.
c.
Golongan terendah atau golongan rakyat
biasa, yakni yang terdiri para petani, pedagang, tukang, yang bertugas untuk
memikul ekonomi negara.
Gambaran Plato
tentang negara di ilustrasikan dengan bagian tubuh manusia seperti di bawah
ini:
Tubuh
|
Jiwa
|
Sifat
|
Negara
|
Kepala
|
Akal
|
Kebijaksanaan
|
Pemimpin
|
Dada
|
Kehendak
|
Keberanian
|
Pelengkap
|
Perut
|
Nafsu
|
Kesopanan
|
Pekerja
|
Plato menganalogikan
sebuah negara yang dibangun dengan cara persis dengan tubuh manusia yang
terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut, sedangkan negara
mempunyai pemimpin, pembantu atau pelengkap, dan pekerja. Sebagaimana manusia
yang hidup sehat dan selaras mempertahankan keseimbangan dan kesederhaan,
begitu pun pada negara yang baik, yang ditandai dengan adanya kesadaran setiap
orang akan tempat mereka masing-masing.
Menurut Plato
terciptanya negara yang baik tergantung pada siapa yang memerintah, jika akal
yang memerintah sebagaimana kepala mengatur tubuh, maka filosoflah yang harus
mengatur masyarakat, sehingga dia mengatakan bahwa negara yang baik tidak akan
pernah ada apabila filosof belum menjadi pemimpin di negara tersebut.
Sebuah negara
haruslah memiliki bentuk pemrintahan yang sesuai dengan keadaan yang nyata.
Apabila sebuah negara telah mempunyai undang-undang dasar, maka bentuk
pemerintahan yang tepat adalah monarki. Yang terburuk adalah bentuk
pemerintahan demokrasi. Sedangkan apabila suatu negara yang belum mempunyai
undang-undang dasar, maka bentuk pemerintahan yang paling tepat adalah
demokrasi, dan yang paling buruk adalah monarki, konsep tentang negara ini
tertera dalam politeia (tata negara).
F.
Pemerintahan
Plato
mengemukakan lima bentuk pemerintahan negara. Kelima bentuk itu menurut Plato
harus sesuai dengan sifat-sifat tertentu manusia. Adapun kelima bentuk itu
sebagai berikut:
·
Aristrokrasi, yaitu bentuk Pemerintahan yang di
pegang oleh kaum Cendikiawan yang di laksanakan sesuai dengan pikiran keadilan.
·
Temokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang di
pegang oleh orang-orang yang ingin mencapai kemasyuran dan kehormatan
·
Oligarki, yaitu bentuk pemerintahan yang di
pegang oleh golongan hartawan yang dipengaruhi kemewahan atau harta kekayaan.
·
Demokrasi, yaitu bentuk pemerintahan yang di
pegeng oleh rakyat jeleta.
·
Tirani, yaitu bentuk pemerintahan yang di pegeng
oleh soorang tiran ( sewenang-wenang ) sehingga jauh dari cita-cita keadilan.
Menurut Plato,
bentuk pemerintahan tersebut di atas dapat berubah secara siklus, dari
Aristokrasi - Timokrasi - Oligarkhi - Demokrasi - Tyrani dan berputar kembali
kebentuk asal.
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar